Bagi generasi milenial mungkin sering mendengar cerita dari orang2 tua mengenai BSD, yang dulunya hutan karet dan katanya juga “tempat jin buang anak”. Ya, memang cerita itu betul adanya..
Beberapa sumber mengatakan, lebih dari 20 tahun yang lalu, Serpong adalah hamparan hutan karet yang tidak produktif lagi. Tahun 1988, jalan menuju hutan karet ini hanya jalan tanah, tak beraspal. Kalau musim hujan, jalan berubah jadi kubangan, dan pada musim kemarau, debu-debu berterbangan di jalan itu.
Banyak orang yang enggan melintas perkebunan karet ini pada malam hari, karena selain seram juga dikawatirkan ketemu begal yang masih marak.
Kawasan Serpong mulai berkembang ketika tahun 1989, Ciputra membangun kawasan Bumi Serpong Damai dan sejak awal direncanakan menjadi kota mandiri. Di Bumi Serpong Damai, Ciputra memegang izin lokasi hingga 6.000 hektar

Sumber gambar: blog.reservasi.com
Akses ke Bumi Serpong Damai pun lambat laun mulai terbuka. Saat itu, baru ada jalan tol Kebon Jeruk-Tangerang-Merak. Jarak Bumi Serpong Damai masih relatif jauh dari pusat kota Jakarta. Bisa dijangkau dengan angkutan umum, seperti bus Patas tapi jumlahnya masih terbatas.
Pada saat terjadi krisis tahun 1997 properti menjadi lesu, dan berimbas juga pada pembangunan properti di daerah Serpong.
Ketika tahun 2003-2004 properti mulai bangkit, Bumi Serpong Damai di ambil alih Sinarmas Land dan berubah menjadi BSD City yang memiliki slogan “Big City Big Oportunity”. Sejak saat itu juga, cluster-cluster yang dipasarkan menggunakan nama-nama asing, mulai dari De Latinos, The Icon, Sevilla, sampai Foresta. Pertimbangan mereka karena alasan permasaran.
Sebelumnya sudah ada Puspita Loka, Giri Loka, Nusa Loka, Kencana Loka, Griya Loka, Anggrek Loka. (Hayo lebih suka yang mana??). Pertimbangan yang pasti kenapa menggunakan nama lokal, karena pemerintahan Soeharto saat itu melarang menggunakan nama-nama asing.
Dari 6000 hektar wilayah yang akan dikembangkan BSD membaginya menjadi 3 tahap:
Tahap pertama BSD timur dibangun dilahan seluas 1300 hektar, dari mulai Jalan Raya Ciater sampai Jalan Raya Serpong saat ini sudah dipadati ribuan unit rumah, dan beragam bangunan komersial seperti Teras Kota, BSD Plaza, ITC BSD, BSD Junction, BSD Square, Pasar Modern, German Center, Graha Telkom, dan masih banyak lagi..
Tahap kedua BSD tengah akan dibangun dilahan seluas 2400 hektar, dan saat artikel ini dibuat sudah berdiri bangunan-bangunan iconic seperti; ICE (Indonesia Convention Exhibition), Green Office Park, Unilever Head Office, dalam pengembangan Digital Hub (kawasan silicon valley Indonesia). Pusat perbelanjaan sudah beroperasi Aeon Mall, Q-Big, The Breeze dan Pasar Modern Intermoda. Untuk rumah sudah dibangun ribuan unit yang dibagi dalam kawasan, seperti; Foresta, The Icon, Avani, Eminent, Mozia, Greenwich Park, Vanya Park, De Park yang masing-masing kawasan punya tema berbeda-beda.
Tahap ketiga BSD Barat akan dikembangkan kembali ke arah Legok dan Curug dengan luas 2300 hektar, yang akan membuat CBD dan pusat komersial baru.
Dalam kurun waktu 20 tahun serpong berubah menjadi kota mandiri dan perekonomian yang berkembang pesat. Sekarang semua sudah ada di Serpong, Pusat perekonomian, sentra pendidikan, pusat belanja, rumah sakit, perkantoran, kuliner dan juga tempat-tempat hiburan. Dengan mudahnya akses dan fasilitas pendukung menjadikan Serpong khususnya BSD City menjadi buruan para pencari properti, baik untuk user maupun investor. Sehingga menjadikan nilai investasi tanah dan bangunan di daerah ini sangat melesat.